Sabtu, 30 Juli 2016

Different Horizon

         


          Cara Berfikir Setiap Orang memang berbeda. Salah satunya yang berfikir secara realistis dan berfikir secara personal. yang dimaksud dengan personal adalah berfikir dengan cara pandangannya sendiri tanpa melihat realita atau situasi yang sebenarnya. Bahkan mereka cendrung menolak realita.
          Hal inilah yang membuat cara berfikir orang berbeda beda. orang - orang yang berfikir secara personal tidak pernah menoleh kepada kenyataan bahkan mereka selalu menyalahkan realita dunia. Mereka menolak mentah mentah realita, mencaci maki, membuang realita dari peradaban.Dimana mereka? Siapakah mereka? mereka hanyalah orang orang yang terlarut pada pikirannya.
          Mari kita ambil perumpamaan, misalkan ada sebuah daging. Daging baru dan daging lama. Daging baru mereka banggakan, mereka dambakan, mereka tinggi tinggikan dan daging lama mereka caci maki, mereka buang, padahal dalam realita, daging lama dulunya pernah menjadi daging baru.Mereka tidak pernah menoleh pada daging lama yang kian lama kian membusuk. Mereka tidak berpandang secara realistis. Dulu daging lama di hargai. sekarang...mereka bahkan sudah tak pantas untuk di simpan.

Realize.
Real Eyes
Real Lies.

Penulis : M. Germa Kencana K. XI MIA 2/ 21

Jumat, 29 Juli 2016

Kisah Cinta Sedih Matematika

Rekan siswa kelas XI MIA 2, sebagai pelajar SMA jurusan IPA kita akrab dengan yang namanya “matematika”, pelajaran yang menjadi momok bagi kebanyakan siswa selama bersekolah. Tetapi entah mengapa, matematika menjadi pelajaran favoritku. Sehingga aku teringat beberapa materi pelajaran matematika yang mungkin dapat mengambarkan kisah cinta  salah satu dari kalian.

Setidaknya aku telah menemukan ada 3 materi pelajaran matematika yang menggambarkan cerita sedih cinta kalian.

1.       Garis Singgung pada Hukum Tangen
Kurva merah bersinggungan dengan sumbu-x

 Dari gambar diatas, aku dapat mengambil kesimpulan. Tapi sebelumnya aku akan menjelaskan hukum tangen. Hukum tangen sendiri, intinya adalah ketika sebuah kurva bersinggungan dengan sebuah garis atau sumbu, maka akan membentuk sebuah titik singgung. Dan kejadian ini hanya terjadi sekali.

Jadi, gambaran cerita cinta dari hukum ini adalah ketika dua orang yang saling mencintai memiliki 1 kali kesempatan untuk bertemu tetapi kemudian tidak akan pernah berjumpa lagi. Bayangkan jika cerita itu terjadi pada kalian. Atau jangan-jangan kalian sudah pernah mengalami cerita cinta seperti ini ?

2.       Hukum Garis Paralel

Garis m dan garis n yang saling paralel

Mungkin kalau yang ini, kalian semua pasti tahu.
Ketika 2 orang yang bisa saja saling mencintai, tapi tidak akan pernah saling mengetahui. Mungkin untuk kasus seperti ini, sarannya sih hanya satu, langsung ungkapin ke si dia. Tapi, kalo di TN sih lebih baik gak usah, daripada kena BAP.

3.       Hukum Asimtot
Beberapa contoh hukum asimtot

Mungkin kalian masih ingat dengan pelajaran matematika peminatan kelas X semester pertama ini bersama Pak Gogol atau mungkin Pak Hery. Sebenarnya, asimtot suatu kurva adalah sebuah garis lurus yang jaraknya semakin dan semakin dekat dengan salah satu kurva tersebut, akan tetapi tidak akan terjadi perpotongan antara garis lurus dan kurva tersebut.

Jadi, bayangkan saja ketika dua orang saling mendekat dan terus mendekat, tapi pada akhirnya mereka berdua gak akan pernah bertemu. Kasus ini bisa saja terjadi kalau salah satu pihak sukanya jadi PHP(Pemberi Harapan Palsu).


Itulah 3 materi cerita cinta sedih matematika, semoga cerita ini tidak akan terjadi pada kalian dan janganlah jadi manusia yang hobinya jadi PHP.


Muhammad Marshal Nugroho
XI MIA 2 (22)

Sukses Selalu XI MIA 2 !

Senin, 25 Juli 2016

CREEPYPASTA #1

                     SPONGEBOB RED MIST
    Selamat malam sobat XI MIA 2, malam ini saya akan sedikit mengulas tentang kartun kesukaan kita yaitu Spongebob Squarepants. Siapa yang tak kenal kartun legendaris dari Nickelodeon ini? tiap pagi saat kita masih di bangku SD/SMP pasti kita sering menonton kartun ini.
    Namun apakah kalian semua tahu tentang beberapa misteri pada kartun ini? Setelah saya iseng-iseng membuka "Dark Side" dari sebuah kartun, ternyata Spongebob juga memiliki episode Horror yang berjudul "Spongebob Red Mist". Mau Tau isinya? baca dibawah ini ya..
   Spongebob Red Mist ini sebenearnya bukan merupakan episode resmi dari Nickelodeon melainkan Fanfict(buatan fans). Namun, yang membuat masalah adalah ternyata pembuat episode ini merupakan Pembunuh berantai yang sedang dicari-cari oleh pihak kepolisian Skotlandia.
   Red Mist ini langsung diblokir dan diputus penyebarluasan videonya oleh pihak Nickelodeon karena dapat memengaruhi mental para penonton. Bagaimana tidak? itu karena suasana yang ditampilkan pada episode Red Mist ini hampir sama dengan lagu Gloomy Sunday yang dimana jika kita mendengar lagu itu kita dapat mengalami stress bahkan tindakan bunuh diri.
   Sebenarnya bagaimana cerita Red Mist ini? 
   Red Mist bercerita mengenai Squidward yang sedang berlatih klarinet karena dia akan mengadakan resital klarinet solo keesokan harinya, namun spongebob dan patrick mengganggunya dengan bermain di depan rumahnya. karena kesal, Squidward pun menyuruh spongebob dan squidward untuk diam, lalu dia melanjutkan latihannya.
   Saat ingin berlatih lagi, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk rumah Squidward. Squidward pun membukakan pintu, dan ternyata ada seseorang berpakaian adat Skotlandia berdiri di depan rumahnya, karena merasa terganggu, Squidward pun menutup pintu rumahnya, dan setelah itu, pria itu kembali mengetuk pintu rumah Squidward sampai berkali-kali, karena Squid ward kesal, dia pun membentak orang itu, lalu orang itu berkata 'The Red Mist Is Coming', Squidward pun ketakutan dan langsung lari masuk ke dalam kamarnya, dan disinilah teknik pengganggu mental dimulai.
   Disaat sedang berlatih klarinet, tiba-tiba scene berubah menjadi warna merah darah, dan mata Squidward berubah menjadi merah, yang ternyata sengaja dibuat demikian untuk tujuan agar si penonton merasa takut yang mendalam karena suasana gambar yang ditambilkan serasi dengan lagu yang menyeramkan namun secara perlahan.
   Lalu, disaat Squidward mengadakan konser, scene pengganggu itu muncul lagi, yaitu mata Squidward berwarna merah namun dengan ekspresi sedih, dan para penonton juga bermata merah. Penonton pun kesal karena permainan Squidward jelek dan Ia pun pulang ke rumah dengan suasana sedih. Di tengah perjalanan, sang pembuat video ini pun menampilkan teknik pengendalian jiwa/mental, yaitu menampilkan adegan Squidward dengan muka sedihnya sedang dalam perjalanan pulang dan adegan itu berlangsung terulang-ulang, sedhingga membuat penonton merasa hanyut dan masuk ke dalam suasana hening tersebut.
   Saat sampai di rumah, Squidward pun termenung tapi kali ini ditambah dengan efek gambar yang sedikit demi sedikit bergoyang keras, ini bertujuan untuk mentidak stabilkan emosi kita karena sebelumnya otak dan jiwa kita telah dikendalikan oleh video tersebut.
   Lalu, ada tirai muncul dan kepala Squidward muncul secara perlahan, dia pun bermuka sedih dan mengeluarkan darah dari matanya, suasana menjadi hening dan terlihat depresi yang luar biasa yang mengendalikan emosi para penonton.
   Dan suara berisik seperti teriakan orang terdengar keras yang mungkin agak sedikit mengganggu. Dan setelah itu, Squidward mengambil pistol, dan gambar menjadi seperti ditambah efek gambar yang menampilkan ketegangan yang luar biasa, lalu Squidward menarik pelatuk pistor di kepalanya, dan dia pun bunuh diri.
   Bagaimana sobat XI MIA 2? ingin tahu banyak cerita misteri lagi? stay tune di CREEPYPASTA yaa...

Oleh:
Dean Farrel R.W. (XI MIA 2/08)


   

Minggu, 24 Juli 2016

Termenung

pelajar melangkah keluar kampus
suasana barak terasa ketus
terbalut cahaya fajar adalah rupamu
bagai seroja yang mengisi  jiwamu
sejuk dan damai

keramahan senyumnya
memanggil sukma untuk bersujud
sedang terpana karna hadirnya
bidadari tanpa sayap

termenung
tapi aku akan sadar
hingga senja menyapa malam
untuk menyatakan cinta
walau rintik atau badai
karena aku tahu
tuhan mempertemukan kita


Karya: Fadhil Haidar S. (XI-MIA 2/11)















SALAH SIAPA???

Kring.....
Gema jam beker menggugahku dari tidur indahku
Tak ada hujan tak ada badai,
Burung burung enggan untuk berkicau kembali
Sang raja siang pun enggan menampakkan wajahnya
Sunyi, senyap
Seakan hanya aku satu-satunya makhluk hidup yang tersisa
Yang tercium hanyalah sisa asap dari hutan yang kemarin terbakar
Yang sayup sayup terdengar adalah rintihan kesakitan hewan hewan malang
Yang kehilangan tempat tinggalnya
Ya, kejadian ini telah mengubah segalanya
Hutan dekat rumahku yang tadinya hijau bak zamrud yang berkilau
Kita telah menghitam bagaikan arang sisa pembakaran

Siapakah yang harus disalahkan?
Tuhan? Apakah Tuhan yang harus disalahkan?
Yang telah menciptakan alam ini sebegitu indahnya
Atau justru hewan?
Yang seharusnya dapat hidup bebas di alam liar?
Atau manusia?
Yang memang diberi kewenangan untuk menguasai alam
Jadi semua kerusakan ini salah siapa?
SALAH SIAPA???


Magelang, 24 Juli 2016


-Aditya Kristiaji / XI MIA 2 / 01-

Sabtu, 23 Juli 2016

Seorang Siswa


                  Hi, pagi hari ke 6 di kelas yang baru, kami sebagai abang kakak baru, amanah baru, adikadik bau 27. Apa yang diamanahkan sebelumna sekarang sudah kami raih, ya tidak gampang tentunya, ada amanah, kewajiban, dan hak yang ditambah. Senang rasanya punya adik baru, menambah keluarga baru, juga.. ya bahan didikan baru. terkadang menjadi abang kakak ada senangnya ada susahnya, beragama cerita baru juga. Ada tentu adik yang baik dan normative, yang apabila ditegur akan mengerti dan menjalankan pula, namun tentu ada adik yang terkadang menguji kesabaran. Ya sebagai abang kakak yang ingin membina adik tentunya kami memang harus bersabar. Namun yang paling berkesan tentunya muka-muka teman-teman yang masih lugu namun sudah diberi amanat untuk membina adik-adik namun harus mengontrol bagaimanapun caranya agar kami tetap mematuhi autran baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
                Terkadang, melihat adik-adik, saya menjadi teringat bagaimana saya dulu. Terkadang menjadi geli sendiri, “oh ternyata saya dulu se-lugu ini ya”. Mengingat masa-masa kelas 10, rasanya baru kemarin kami dilatih bersama-sama, berbagi keringat yang sama, tawa dan canda yang sama, juga cerita yang aneh-aneh, mulai dari peraturan yang begitu banyak ada. Memang, semua peraturan itu terkadang tidak bisa kami terima pada awanya, namun melihat sekarang kami sudah berdiri disini sebagai seorang abang-kakak yang baru, semua peraturan tersebut kami sadari memang sebagai hal yang membuat kami seperti ini. Keringat yang tercucur tak terhingga, itulah apa yang membuat kita menjadi orang yang sebaik ini. Berbicara tentang PDK, tentu masih ingat lah kami dengan kewajiban semir , brasso, dan setrika. Kewajiban menyebalkan tersebut, memang kami akan suka-tidak suka melakukannya. Lucu sekali mengenang masa itu.
                TN, apa yang seorang calon siswa pikirkan tentang TN? Tak bisa dipungkiri bahwa nama TN memang sudah melambung tinggi dari lama. Seorang siswa TN, bayangannya adalah seorang yang berwibawa, seorang yang memang pada dasarnya dididikuntuk menjadi seseorang yang kuat. Namun yang paling kuat dari Tn itu sendri adalah sifat asah, asih, asuhnya. Sistem among sebagai sendi. Apa kah yang dimaksud sebagai sikap asah, asih, asuh? Asah, apa itu sikap asah? Sebagai seorang siswa TN tentu memang diperlukan pribadi yang kuat dan tentunya sempurna, dari sisi akademik, sikap, dan juga kesamaptaan. Sebagai abang kakak yang sudah dibina selama setahun di TN ini, setidaknya seharusnya kami sudah mencapai tahap pemantapan dari ketiga aspek tersebut, dan oleh karena itulah, merupakan sebuah hak berikut kewajiban bagi kami untuk membina adik, mengasah mereka menjadi sebuah pisau yang tajam. Bagaikan sebuah pisau yang ingin dibentuk, memang panas rasanya, membuat besi tersebut meleleh. Meleleh disini memiliki artian bahwa adik akan dibuat melembek agar dapat dibentuk, tenntu adik memang harus ditempa, saat sedang panas-panas nya. Lalu setelah ditempa sedemikian rupa, adik-adik harus diasah menjadi lebih tajam. kontrovei pasti ada, namun sebagai seseorang yang kuat tentu mereka pada akhirnya akan menjadi pribadi yang tajam. Hanya ada 2 pilihan yang menentukan kehidupan disini. Mencoba hingga akhir, atau tidak sama sekali. tidak ada yang boleh dijalankan seara setengah-setengah disini. smeuanya akan dialkukan secara maksimal. lalu sikap yang kedua, asih. di sikap atau azas yang sebelumnya tentu membawa hawa atau bayangan bahwa TN seperti sebuah tempat pembinaan yang begitu keras tanpa ampun sama sekali. itu sebabnya disini sikap asih ada untuk ,menjadi penengah disini. mereka diharuskan untuk membina dengan rasa kasih saying antar pendidik dan yang dididik. ketiga, aspek asuh. disini kami dihadapkan dengan adik-adik yang kami rasa dan memang seharusnya kami anggap sebagai adik kandung kami sendiri. bagaimana ketiga aspek tersebut dapat terlaksana dengan baik, akan dihubungkan dengan sistim among yang akan dilanjutkan pada post blog selanjutnya. terimakasih

Oleh
Fadhil
Gabriella

Vitto P.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Doa sang pohon*


                Hari itu, aku berpikir bahwa hari itu hari yang terbaik dalam hidupku. Aku masih berdiri tegak dan kokoh, bersama teman temanku. Banyak hewan yang mengelilingi kami. Ada yang bermain, bernyanyi, dan  beradu kasih. Hutan ini bagaikan surga tuk dunia. Aku tersenyum melihat kebahagiaan itu.

            Namun, semua kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ku lihat sesosok mahluk datang. Tak sesosok tapi  segerombol. Mereka membawa benda yang menyala. Berwarna merah-oranye dan mengempulkan asap. Aku bisa merasakan panasnya. Kemudian, mahluk itu menyentuhkan benda yang panas itu ke badan tegap kami. Panas. Panas sekali.

            Panasnya menjalar dari kaki sampai rambutku. Rasanya aku ingin menangis, melihat rambutku yang berwarna hijau berkilauan seperti zamrud berubah menjadi abu hitam. Ku lihat burung-burung yang bersarang di dahan dahanku yang kuat. Bergesa-gesa pergi dari hutanku. Tanpa memedulikan sarangnya yang masih menempel di sela sela dahanku.

            Kudengar jeritan jeritan teman temanku dan tangisan para penghuni hutan. Asap menghalangi pandanganku, tapi samar-samar ku melihat para binatang saling desak-desakan tabrak-tabrakan, injak-menginjak. Berharap bisa keluar dari hutan asap ini. Tetapi ada juga yang saling bertanya, “Dimana kita akan mengungsi?? Dimana rumah kita?? Apakah kita bisa bertahan hidup? Atau memang ajal kita sudah dekat? ”. Tak ada yang bisa menjawab. Yang terdengar hanya serentetan jeritan.

            Manusia memang mahluk yang kejam. Mereka tak memperdulikan mahluk yang lainya, juga mahluk sesamanya. Setelah membumihanguskan kami. Mereka menghilang. Entah kemana. Tapi hanya satu yang ku tau dan memang benar adanya. Mereka tak kan pernah kembali.

            Api masih membara. Bangkai-bangkai binatang yang berserakan lama-lama ikut terbakar dan berubah menjadi abu. Satu persatu teman-temanku tumbang. Jatuh seenaknya, malah terkadang menimpa pohon yang lain. Walaupun begitu tanpa belas kasihan, api masih melahap tubuh kami. Di tempatku, aku hanya bisa terdiam dan berdoa kepada sang hyang widhi. Mudah mudahan prilaku mereka terbalas.

***

            Hari mulai berganti. Tapi asapnya tak kian berhenti. Tubuhku hanya sisa sebonggol. Itupun seperti mau mati. Andai aku punya kaki. Nasib ku takkan seperti ini. Mungkin ku bisa pergi sampai ke Jonggol. Bisa mencari kehidupan baru disana.

            Tapi aku tau diri. Aku hanya tanaman. Tak bisa bergerak maupun berbicara. Disiksa saja aku hanya bisa diam dan meratapinya. Walau sekarang aku sekarat. Aku masih bisa merasakan asap disekitarku. Mereka telah menjadi pembunuh kedua setelah manusia. Malah-malah juga membunuh manusia.

            Suatu hari, terdapat benda terbang yang mendarat di hutan asap ini. Beberapa orang pria yang menggunakan penutup hidung keluar dari benda tersebut. Kulihat salah satu dari mereka membawa benda aneh yang ditempelkan di dekat mata kirinya. Kamera, pikirku. Dulu saat manusia masih bersahabat dengan kami. Malah kadang kadang mereka membuat acara tuk menambahkan jumlah anggota kami. Lalu mengabdikan peristiwa itu dengan kamera. Tapi sekarang, lihat apa yang mereka perbuat.

            “Ya’.... sekarang saya sudah berada di salah satu hotspot atau titik panas Riau. Seperti yang kita lihat, walaupun kabut asap masih tipis. Tapi kabut asap tak kunjung berhenti. Dan seperti yang diketahui, sudah terdapat lebih dari 20 titik panas di Riau. Diiinformasikan bahwa, karna cuaca tak mendukung, asap kian menebal. Juga dari dinas kesehatan Provinsi Riau, sudah terdapat lebih dari 40 orang terkena ISPA. Saya Leonardi, Sekian” Kata seorang Pria yang memegang sebuah pengeras suara.

            Ada sedikit kesenangan yang melintas di hatiku saat sang pria berkata ISPA. Tapi ada banyak pilu yang melanda perasaanku. Separah itukah ulah manusia ini? Bagaimana nasib orang orang yang tak bersalah yang menjadi korban dari asap ini?. Aku kira manusia masih punya hati. Ternyata tidak. Mereka rela mengorbankan yang lainnya tuk ego mereka sendiri.

            “And cut...” kata seorang pria lainnya. Merekapun mengecek gambar yang sudah mereka ambil. Salah satu antara mereka berkata,

“Eh.... dulu apa ya, yang tumbuh disini?”

“Oh.. mungkin Batai”

“Wah kasihan sekali ya hutan ini... Pasti dulu sangat indah”

“Iya. Yah tapi kita bisa apa. Sekarang bukan zamannya kita bergantung pada alam”

“Tapi pada uangkan??” canda salah satu dari mereka

“Hahahaha Iya betul”

“Ya sudah sekarang, ayo kita pulang sebelum hari menjadi semakin kelam dan kita terjangkit ISPA” ajak pria yang membawa kamera.

            Setelah itu mereka bergegas masuk ke benda terbang itu.

            Aku berharap suatu saat mereka kembali dan membawa kabar gembira tentang asap ini. Bukan kabar yang begitu pilu dan menyedihkan.

***

            Menurut kabar udara, asap di tempatku tak terlalu parah. Hah... tak terlalu parah???, pikirku. Jelas jelas asap ini sudah membuat orang orang bengek. Aku juga sudah semakin sekarat. Nafasku semakin sesak. Aku tak bisa makan.

Juga menurut kabarnya, asap kian menjalar hingga ke negeri jiran. Sampai samapai, mantan presiden kita yang sedang jalan jalan ke negeri tetangga di maki maki karena asap ini.

            “Hei kalian orang Indonesia... tahukah kalian, asapmu ini sudah membuat orang orang menderita... aktivitas kami terganggu.. napas kami sesak... tiap hari berdo’a agar asap ini berhenti..padahal yang membuat ulah kan warga kalian sendiri... lalu kenapa kami yang kena imbasnya” cibirnya dengan bahasa asing.

            Mantan presiden kita hanya menoleh kepada teman pengusahanya. Tak ada yang bisa menjawab. Semuanya hanya menelan ludah. Tak punya kata kata. Lalu garuk garuk kepala.

            Aku rindu hutanku yang dulu. Angin sepoi sepoi mengusap rambutku. Embun pagi yang membelai badanku. Para tupai yang memeluk tubuhku. Burung burung yang bernyanyi untukku. Dan para penghuni yang menari dengan indah. Sekarang, hanya bangkai yang bisa kulihat dan kabut.

            Sebenarnya hutanku tak jauh dari kampung warga. Dulu aku bisa melihat kegiatan sehari hari warga kampung itu. Anak anak bermain. Orang tua bekerja. Dan sesepuh yang setiap pagi duduk di teras, menyeruput kopi pait sambil menghisap kretek. Gelak tawa warga juga semangat mereka saat acara acara besar berdatangan terkadang bisa kurasakan dari sini.

            Yang kurasakan sekarang hanya asap. Asap. Lalu tangisan. Tak ada warga yang bisa keluar dari wilayah ini. Bandara tutup. Stasiun tutup. Pangkalan ojek pun tutup. Yang terbuka hanyalah pintu Puskesamas dan rumah sakit. Yang kian hari makin sibuk dan sesak.

***

            Akhir akhir ini kabar udara yang beredar makin mencengkam. Asap juga kian menghitam. Katanya ada 6 orang yang meninggal gara gara ulah si Asap. Tapi dinas kesehatan Riau membantah hal itu dan mengutuk si pembuat fitnah.

            Katanya juga, asap ini adalah bentuk ritual pengusaha hutan yang ingin menanam pohon mereka. Yang mereka pandang kualitas kayunya lebih baik dari kami. Aku ingin tertawa saat mendengar hal itu. Tapi tak ada yang bisa ditertawakan. Hanya sebuah pernyataan yang terlontar di benakku. Ternyata manusia lebih bodoh dari binatang.

            Kadang aku bingung dengan para manusia. Mereka diberi banyak akal oleh tuhan, tapi tak berwawasan. Para hewan saja yang hanya diberi sedikit akal, mengerti apa fungsinya kami. Halah... dunia makin rumit saja. Makin terbalik.

            Setiap hari aku menonton asap menari di sekitarku. Aku sudah mulai terbiasa dengan ini. Sudah mulai terbiasa menunggu ajalku. Namun, tiba tiba terlihat sosok mobil besar dengan pipa yang menggantung diatasnya. Di samping mobil tersebut terdapat manusia yang menggantung seperti orang utan yang bergelayutan. Manusia itu memakai baju serba tertutup. Sampai-sampai seluruh kepala mereka pun tertutup. Tuhan.. tolong hamba... cukup siksaan itu.., doaku dalam hati.

            Namun , hal tak terduga terjadi. Saat pria itu mengambil selang pipa dan menyemprotkan air ke tanah ku. Dingin. Segar. Aku sudah lama tak merasakan hal ini. Tak terhitung berapa lama. Ternyata aku salah. Masih ada beberapa manusia yang peduli. Masih ada beberapa manusia yang berusaha untuk menghentikan.

            Sang pria pun berhenti menyemprotkan airnya. Dan mobil besar itu pun berlalu dengan cepat layaknya super hero. Aku bertanya, apakah mereka akan kembali? Atau tak kan seperti pembakar hutan dan pembawa berita?.

Tapi dugaanku salah. Tiga kali seminggu dengan rutin mereka datang ke tanah ini. Mengguyurkan air ke tanah kami. Walaupun kami tau, kami takkan tumbuh lagi. Tapi kami sudah rindu dengan dinginnya air. Suatu saat akan ku sampaikan terima kasih kepada di lain waktu. Di lain tempat.

Ada secercah harapan.

Walau hanya secercah.

***

Asap kian menipis. Aku sudah bisa melihat pemandangan kampung. Walau asap menipis. Kunjungan orang ke Puskesmas tak kian menipis. Antriannya sangat panjang. Seperti ular naga.

Di depan puskesmas terdapat seorang pria yang berbincang dengan petugas puskesmas. “Wah.. Puskesmas makin rame saja ya. Walau asap kian menipis” kata sang pria. Sang petugas tak menjawab. Ia hanya tersenyum.

Sang pria menghela nafas dan melanjutkan kata katanya.

“Andaikan oknum oknum pembakar hutan di vonis hukuman mati... hukumannya dibakar biar tau rasa ”

Sang petugas tersenyum menahan tawa lalu berkata “walah kalo begitu pak.. asapnya bertambah lagi dong.. bisa bisa Puskesmas membludak”

“Oh iya ya” lalu mereka tertawa.

Di sela sela antrian yang panjang. Aku melihat seorang ibu yang menggandeng anaknya. Sang anak memandang tanahku dengan tatapan kesedihan. Berharap bisa sembuh dari penyakitnya. Ku pandang lagi sang anak. Ku liat dengan seksama raut wajah anak tersebut. Garis garis wajahnya mengingatkan ku pada sesuatu.

Lalu aku teringat satu hal.

Ternyata tuhan membalas do’a ku.



*Cerpen ini dibuat untuk mengenang para manusia yang berjuang melawan asap di Riau.


Magelang, 5 Februari 2016
Dellysha Naomi Riadh (09)

ASRAMA DI LEMBAH TIDAR



ASRAMA DI LEMBAH TIDAR


       Jadi, disini kami akan menceritakan sepatah kata tentang pengalaman bersekolah di sekolah yang saya cintai. Sekolah saya berdiri sejak 26 tahun yang lalu, tepatnya 14 Juli 1990 di kota Magelang, Jawa Tengah. Didirikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan saat itu, yaitu Jenderal LB Moerdani. Sekolah kami memiliki ciri khusus yaitu berwawasan 3 aspek kebangsaan, kejuangan, serta kebudayaan dan dilandasi oleh Tri Prasetya Siswa dan Kode Kehormatan. Berikut adalah cerita pribadi kehidupan kami di sekolah ini.

       Nama saya Kevin, saya adalah seorang siswa yang berasal dari Padang, Sumatera Barat. Saat ini saya menginjak kelas 11 di SMA yang sangat saya cintai ini. Pada saat saya pertama kali memasuki SMA ini, saya sulit untuk beradaptasi, bagaimana tidak? SMA saya merupakan SMA asrama, artinya saya harus meninggalkan semua kesenangan saya dirumah, keluarga, teman, rumah, dan yang paling saya sayangi, handphone, HAHAHAHAHA. Di 3 bulan pertama saya sekolah disini, saya harus melalui masa sulit PDK, yaitu masa Pendidikan Dasar Kedisiplinan dan Kepemimpinan, disitulah masa-masa tersulit yang harus kami lalui. Dimarahi, Dicaci, Dimaki, sudah  menjadi makanan sehari-hari. Namun saya yakin, masa ini akan membuat saya lebih dewasa dan selalu menjadi kenangan yang sangat indah suatu saat nanti.

       Di akhir masa PDK, ada suatu acara penutupan yang dinamakan TUPED atau Penutupan PDK, artinya saya sudah halal untuk bertemu dengan orangtua dan bermain hp, tetapi hanya sementara, setelah 2 hari menikmati rasa libur, saya harus kembali ke SMA saya untuk melanjutkan kegiatan seperti biasa, tetapi sudah tidak ada sandiwara-sandiwara PDK lagi, HAHAHA. Di masa-masa setelah PDK, saya merasa lebih bebas, tetapi saya juga harus berhati-hati karena saya harus bisa mengatur diri sendiri. Senior pun sekarang sudah bisa berkontak langsung dengan saya, karena itu saya harus bisa lebih sopan dan baik dengan mereka agar hubungan kami baik-baik saja.

       Secara tidak terasa, saya sekarang menginjak kelas 11 di SMA saya ini, saya sudah memiliki junior atau adik kelas, saya harus bisa menunjukkan bahwa saya bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi mereka. Saat ini, mereka sedang menjalankan kegiatan PDK, HAHAHAHA. Memang asik ya senang-senang diatas penderitaan orang lain, HEHE bercanda doang kok. Kami disini diajari untuk menghargai semua orang. Sebagian besar sifat-sifat buruk kami hilang berkat masa PDK tersebut. Demikian cerita pengalaman saya bersekolah di SMA terbaik di Indonesia ini. Sekian, Terima Kasih




Penulis : Muhammad Naufal Akbar (23)
               Kevin Angandewa H.S.R. (19)
               Gerald Joshia (14)

Rindu yang Tak Terungkap

Rindu yang Tak Terungkap

Malam itu, Sarah hanya terduduk di pojok kamarnya seakan akan dia akan berpisah dengan seluruh keluarga dan temannya. Selembar surat ia tuliskan sebagai ungkapan rindu kepada ayah yang telah meninggal dan ibunya. Malam itu hanya hujan yang menemaninya, seperti tak ada yang peduli kepadanya.
Ibu Sarah masih saja sibuk di depan laptopnya mengerjakan tugas kantornya. Keesokan harinya, terlihat hal yang tidak biasa dari perilaku Sarah.  Sarah yang sebenarnya anak mandiri, pagi itu sangat ingin dimanjakan ibunya. Namun, ibunya tetap saja tak menghiraukannya. Terpendam dalam hati Sarah ungkapan rindu kepada ibunya.
Hari itu, adalah hari sekolah sekaligus hari spesial dalam hidup Sarah. Dia baru saja menginjak umur ke 9 tahunnya. Namun, seakan akan ibunya lupa akan segalanya tentang hal tersebut. “Bu, antar aku ke sekolah.” Pintanya dengan lirih. Ibu Sarah hanya terdiam sambil menyodorkan sepeda sebagai ungkapan penolakan permintaan Sarah. Akhirnya Sarah pergi ke sekolah seorang diri.
Tiba-tiba terdengar keramaian dari kejauhan selang beberapa saat setelah keberangkatan Sarah. Ibu Sarah pun langsung mendekati keramainan tersebut. Dan betapa kagetnya dia setelah melihat apa yang terjadi. Sarah tergeletak dengan luka berat di kepalanya. Ibu Sarah pun langsung melarikannya ke rumah sakit. Dalam perjalanan, Sarah sempat tersadar, “Aku sayang ibu.” Ucapnya dengan lirih. Tanpa disadari ibunya kata-kata itu menjadi kata terakhir di hidup Sarah. Beberapa detik kemudian Sarah menghembuskan nafas terahkirnya. Rasa menyesal menusuk dalam hati ibu Sarah. Teringat selama Sarah masih hidup dia tak pernah membahagiakan satu-satunya anak tercintanya.
Keesokan harinya, ibu Sarah menemukan sebuah catatan kecial di kamar Sarah yang jarang dimasuki orang selain dirinya. Ia membacanya dengan tersedu-sedu.

Ibu.............
Aku rindu kepada ibu.....
Aku ingin bersama lagi seperti dulu....
Seperti saat masih ada ayah bersama ibu...

Aku ingin memeluk ibu....
Tetapi aku tak mampu...

Ibu...
Bila aku pergi lebih dahulu...
Ku nantikan ibu di surgaku...

Rasa bersalah dan menyesal semakin menyelimuti dan menghantui hari-hari ibu. Selang beberapa hari kemudian terdengar kabar ibu Sarah telah jatuh sakit dan tidak lama kemudian meninggal dunia karena stroke.

TAMAT

Oleh:
  1. Dean Farrel R.W.                 XI MIA 2 / 08
  2. Djodi Adhikaputera              XI MIA 2 / 10
  3. Haswin Akbar M.                  XI MIA 2 / 16