Sabtu, 23 Juli 2016

CAHAYA TOA JAGSIS


    Suep adalah namaku. Pelajar berumur 16 tahun yang sedang mencari jati diri. Aku melompat jauh dari sebuah pulau di ujung Timur Indonesia dan mendarat tepat di Lembah Tidar. Hampir tersesat aku di Lembah Tidar, lalu menemukan sebuah lembaga pendidikan di kampus semi militer SMA Taruna Nusantara. Aku penasaran, dengan sekolah yang “katanya” luar biasa ini. Apa salahnya jika aku mencoba mengikuti pendidikan di sini? Hari pertama, aku mendapat pembekalan dari sekolah mengenai gambaran masa depan yang diharapkan semua orang. Yaitu, pastilah tentang kiat-kiat sebuah kesuksesan.
  
   Tak ada hujan tak ada petir, aku pun juga tak menduga. Kini aku menjadi seorang menejer klub sepak bola dunia. Mobil, rumah, istri, semua sangat mudah saya dapatkan. Mengunjungi Paman Sam dan memanjat Menara Eiffel sudah menjadi hal biasa. Aku tiap hari berangkat kerja dengan mobil sport termahal di dunia. Ruangan kantorku sangat luas, tetapi tidak seluas lapangan sepak bola di klubku. 

   Sebuah karier tak selalu semulus lapangan futsal. Pastilah ada cobaan yang pernah menimpa. Aku pernah merasakan seperti kehilangan pemain terbaikku karena cedera lapangan dan pemain yang mogok kerja. Kerusakan lapangan bola pun telah aku rasakan. Tetapi, roda kehidupan selalu berputar. Aku sangat bangga saat melihat klub yang aku menejeri. Memegang trofi terbaik dalam sebuah liga bergengsi.



   Menjadi menejer sepak bola tidak mudah. Namun, adalah hal luar biasa yang aku dapatkan saat aku dapat mengaplikasikan jiwa kepemimpinan yang aku dapatkan selama ini.

   Saat pergantian musim, aku berlibur ke kampung halamanku, Indonesia tercinta. Aku mendarat dengan lancar di Soekarno-Hatta. Lalu aku berjalan-jalan ke tempat-tempat hebat di seluruh penjuru Indonesia, sampai akhirnya aku tiba pada sebuah tempat yang membuat aku mengenang sebuah peristiwa. Sepertinya aku pernah mencatat sejarah di tempat ini. Tempat yang sangat luar biasa, megah, dan sakral. Tiba-tiba ada sebuah cahaya yang berpusat dari bangunan bersegi lima.

"Wahai penerus-penerus bangsa. Bangunlah!!! Bangunlah!!! Olahraga pagi!!!!!!”

   Suara tersebut yang membangunkanku dari tidur nyenyakku. Ternyata semua kesuksesan dan kebahagiaan tadi hanyalah dalam mimpiku dan di sinilah aku berada. Di tempat yang sangat luar biasa, megah, dan sakral. Aku menyadari bahwa sebuah kesuksesan tidak semudah itu aku dapatkan, hanya dengan datang, mengikuti pengarahan, dan bersantai-santai.

   Aku yakin semua itu dapat aku raih dengan usaha kerasku di kampus tercinta ini. Seperti cerita dalam mimpiku. Aku akan mengenang sebuah peristiwa dan pelajaran indah saat aku kembali di kampus ini. Sebuah kesuksesan tidak ada yang instan. Dan sebuah usaha keras tak akan menghianatiku.

   Kini aku akan memulai hari dengan semangat dan kesungguhan untuk meraih cita cita dengan menimba ilmu di kampus luar biasa ini. Aku awali dengan berolahraga pagi. Selesai.
 


Oleh :
1.  Aditya Kristiaji (01)
2.  Ajeng Pramudita (03)
3.  Syahrizal Giovanni H (30)

0 komentar:

Posting Komentar